Proses PDA Test pondasi dalam merupakan salah satu pengujian yang dilakukan dengan cara memberikan tumbukan menggunakan alat tertentu. Biasanya fondasi sebelumnya akan dipasang accelerometer dan sensor transducer terlebih dahulu.
Dalam sebuah bangunan, fondasi memang menjadi hal paling penting. Tanpa fondasi yang kuat, maka sebuah bangunan sangat berisiko untuk roboh saat terkena guncangan besar. Oleh sebab itu, uji PDA ini akan dilakukan guna mengecek apakah fondasi sudah termasuk kuat atau belum.
Daftar isi konten:
Pengertian PDA Test
Sebelum berlanjut ke pembahasan lebih mendalam, Anda perlu tahu terlebih dahulu terkait dengan pengertian uji PDA. Seperti disinggung di bagian sebelumnya, bangunan harus mempunyai fondasi yang baik agar bisa menahan beban atau guncangan.
Pada umumnya fondasi dibuat menggunakan bahan beton karena sifatnya keras serta mempunyai daya tahan sangat baik. Akan tetapi, sebelum digunakan beton tersebut perlu diuji terlebih dahulu menggunakan uji PDA atau Pile Dynamic Load Test.
Pengetesan ini dilakukan dengan hammer yang dipukulkan terus-menerus pada fondasi. Tentu saja semua itu hanya boleh dijalankan oleh orang yang sudah profesional di bidang tersebut. Saat dipukul, maka akan dihasilkan gelombang kejut lalu merambat lewat tiang pancang. Selanjutnya, proses itu akan menghasilkan respons di struktur tanah.
Saat pengujian dilakukan, penguji biasanya memperhatikan beberapa hal seperti deformasi tiang, refleksi, hingga kecepatan gelombang. Semua data yang didapatkan akan dipakai dalam analisis kapasitas beban tiang dan kekuatan struktural.
Manfaat Uji PDA
Dalam dunia konstruksi, pengujian ini mempunyai banyak sekali manfaat, terutama dalam hal keamanan dan perencanaan. Agar lebih jelas, berikut adalah beberapa manfaat tersebut.
1. Menentukan gesekan kulit
Manfaat pertama yang didapatkan dari prosedur ini adalah dapat membantu dalam menentukan gesekan kulit serta daya dukung ujung. Dengan demikian, sumber daya yang digunakan pada proyek konstruksi akan menjadi jauh lebih optimal.
2. Sebagai verifikasi keamanan
Faktor keamanan harus benar-benar diperhatikan dalam pembangunan konstruksi. Pasalnya, setelah selesai bangunan tersebut akan digunakan oleh orang banyak. Apabila keamanan dan keselamatan tidak diperhatikan, maka risiko sangat besar ketika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti bencana alam atau faktor lain.
Oleh karena itu, test PDA diperlukan sebagai verifikasi terkait keamanan dalam proyek. Seluruh tes akan menghasilkan data-data yang diperlukan untuk menentukan apakah fondasi tersebut sudah layak digunakan atau belum.
3. Melihat data konstruksi yang sebenarnya
Agar terhindar dari hal-hal tidak diinginkan, seluruh data harus ditampilkan sesuai dengan kenyataannya. Dengan melakukan uji PDA, maka semua data ini dapat dilihat dengan jelas. Jadi, ketika terdapat ketidaksesuaian, maka proyek bisa segera diperbaiki seperti penambahan bahan dan sebagainya.
4. Memperkirakan kapasitas total tumpukan
Manfaat yang terakhir adalah dapat digunakan untuk memperkirakan kapasitas total tumpukan yang dimiliki oleh pondasi. Ketika insinyur menguji tumpukan secara acak lewat tes ini, maka dapat diprediksi kapasitas total tumpukan pada proyek tersebut sehingga dapat membantu perencanaan secara lebih efektif.
Tujuan Uji PDA
Tujuan utama dari tes PDA adalah guna melakukan evaluasi serta mengukur seberapa kapasitas beban pada tiang pancang di sebuah konstruksi. Akan tetapi, selain itu masih ada beberapa tujuan lainnya seperti mengevaluasi ketahanan struktural dan verifikasi desain struktur.
Kemudian uji PDA juga bertujuan mengembangkan model perilaku tiang dan tanah. Tes tersebut akan menghasilkan sebuah data dan dapat dimanfaatkan dalam perbaikan pemahaman perilaku tanah di lokasi konstruksi. Dengan begitu, analisis struktur akan menjadi lebih terbantu.
Tujuan berikutnya adalah meningkatkan kualitas konstruksi dan memastikan tiang pancang mempunyai kapasitas memadai. Hal tersebut berkaitan erat dengan keamanan struktural sebelum nantinya pembangunan dilakukan lebih lanjut. Kontraktor dan insinyur juga akan terbantu dalam pengelolaan risiko yang berkaitan dengan kapasitas beban konstruksi dengan data dari PDLT.
Terakhir, tes PDA bertujuan mengoptimasi penggunaan material. Berkaitan dengan poin sebelumnya, kontraktor akan terbantu dalam mempertimbangkan kapasitas tiang pancang. Dengan begitu penggunaan material akan menjadi lebih efektif.
Prosedur Pelaksanaan PDA Test Pondasi Dalam
Prosedur pelaksanaan PDA test pondasi dalam dibagi menjadi tiga tahap, yakni survei, input data, dan pengambilan data. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa menyimak tahap demi tahap di bawah ini.
1. Melakukan survei dan pemasangan sensor
Survei dilakukan dalam beberapa tahap, diawali dengan penentuan lokasi pemasangan sensor. Idealnya, sensor tersebut berukuran 1.5 x dari diameter kepala tiang. Akan tetapi, keputusan final biasanya akan disesuaikan berdasarkan kondisi di lapangan. Sebagai contoh, penggunaan 2 accelerometer dan 2 strain transducer memerlukan pemasangan sensor secara berhadapan.
Kemudian, tempat pemasangan sensor perlu diratakan menggunakan gerinda dengan ukuran 10 x 10 cm. Sementara itu, jumlah tempat disesuaikan dengan penggunaan sensornya. Tiang yang akan dilubangi lalu dibuat tanda setelah sudah disesuaikan dengan lubang sensor.
Lubangi tiang menggunakan bor tangan untuk pembuatan dudukan sensor. Setelah lubang berhasil dibuat, dyna set dimasukkan dengan ukuran tertentu lalu tempelkan sensor accelerometer dan transducer. Terakhir, pasang pelindung sensor dan sambungkan ke main cable.
2. Input data
Apabila sensor telah terpasang dengan sempurna pada tiang, maka langkah berikutnya adalah mulai melakukan input data tiang ke komputer PDA. Beberapa data yang perlu dimasukkan adalah struktur tiang (beton, baja, atau kayu), dimensi tiang (tipe tiang, diameter tiang, panjang total tiang, panjang tiang tertanam, dan lokasi pemasangan sensor).
Selain itu, Serial Number Sensor juga perlu diinput. Nomor tersebut mengacu pada sensor yang dipakai untuk Transducer dan disimbolkan dengan huruf F, sedangkan accelerometer dilambangkan dengan huruf A. Data F1 dan F2 akan berpasangan dengan data A1 dan A2.
Kemudian, data lain yang harus dimasukkan adalah data hammer. Dalam komputer, terdapat beberapa pilihan tipe hammer seperti JWDD, cobelco, Juntan, dan lain-lain. Akan tetapi, apabila menggunakan tipe custom, maka data seperti berat dan jenis hammer perlu diinput. Ketika semua data berhasil dimasukkan, maka komputer akan melakukan kalibrasi dan memeriksa bahwa sensor siap bekerja.
3. pengambilan data
Prosedur yang terakhir adalah pengambilan data. Operator crane akan diberikan instruksi untuk mulai melakukan tumbukan pada tiang. Tumbukan tersebut diawali dengan jarak jatuh terendah, yakni 50 cm dan akan dinaikkan bertahap hingga tinggi maksimal.
Dalam hammer diesel, jumlah tumbukan perlu disesuaikan dengan daya dukung yang hendak dicapai. Apabila dalam tumbukan sudah mencapai daya dukung tertentu, maka tumbukan bisa dihentikan. Sementara itu, penggunaan hammer manual akan dimulai dari tinggi 50 cm, lalu 100 cm, dan berlanjut ke tinggi maksimal.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa PDA test pondasi dalam mempunyai peran sangat penting dalam dunia konstruksi, terutama dalam hal keamanan. Oleh karena itu, dalam persiapan pelaksanaan perlu dilakukan secara teliti.
Tak hanya itu, prosedur yang dilakukan juga harus berjalan dengan baik tanpa halangan apapun, dimulai dari survei dan pemasangan sensor. Pasalnya, masalah yang terjadi di tahap awal akan berdampak buruk untuk tahap berikutnya.