Dalam proses pembuatan produk keramik, ada berbagai tahap yang perlu dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar hasil akhir bisa lebih berkualitas untuk nantinya digunakan untuk berbagai keperluan seperti lantai, perabotan, dan lain-lain.
Kerajinan tangan dengan bahan baku tanah liat ini biasanya akan melalui proses pembakaran dalam suhu tinggi terlebih dahulu. Prosesnya juga cenderung cukup lama sehingga membutuhkan kesabaran agar hasilnya maksimal.
Daftar isi konten:
Proses Pembuatan Produk Keramik
Sebagai gambaran, berikut ini akan dijelaskan bagaimana tahapan serta proses pembuatan produk keramik, mulai dari persiapan bahan hingga menjadi barang siap pakai. Satu saja tahapan ditinggalkan dapat menyebabkan hasil kurang baik.
1. Mempersiapkan bahan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan bahan terlebih dahulu. Secara umum, bahan pembuatan produk ini adalah air dan tanah liat atau kaolin. Sementara itu, peralatan yang dibutuhkan adalah mixer pengaduk, saringan, filter, tungku pembakaran, dan tempat penyimpanan.
Meski begitu, ada kemungkinan terdapat perbedaan alat dan bahan tergantung dari beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah skala produksi. Semakin besar skala produksinya, tentu peralatan akan jauh lebih lengkap agar pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Mengolah bahan
Setelah seluruh bahan dan alat sudah dipersiapkan, maka tahap berikutnya adalah mulai mengolah bahan. Bahan dasar tanah liat masih berbentuk bubuk sehingga perlu diolah. Biasanya pengolahan dilakukan dengan cara menyaring saat kondisi basah.
Tujuan dari proses tersebut adalah agar debu tidak beterbangan saat hendak disaring. Selain itu, kondisi basah akan membuat tanah liat menjadi mudah dibentuk. Selanjutnya, tanah akan dijemur sekitar dua minggu sampai liat. Tanah tersebut perlu disimpan dalam plastik supaya kelembapan tetap terjaga.
3. Membentuk keramik
Dari tahapan sebelumnya, bahan sudah bisa mulai dibentuk sesuai dengan keinginan. Pada umumnya para perajin telah mempunyai gambaran terlebih dahulu agar pembentukan bisa lebih akurat. Sebagai contoh, tanah liat akan dibentuk menjadi persegi apabila hendak dijadikan keramik lantai.
Hal tersebut juga berlaku untuk bentuk-bentuk lain seperti segi enam dan sebagainya. Dalam membentuk keramik, ada beberapa teknik biasa digunakan seperti throwing, casting, dan hand building. Throwing adalah proses pembentukan menggunakan teknik putar di mesin.
Casting merupakan proses pembentukan dengan cetakan. Teknik ini dianggap sebagai cara paling mudah dan banyak digunakan. Sementara itu, teknik hand building adalah membentuk keramik menggunakan tangan sehingga dibutuhkan keterampilan ekstra untuk melakukannya.
4. Proses pengeringan
Proses pengeringan juga tidak kalah penting untuk mendapatkan produk berkualitas. Setelah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, maka keramik perlu dikeringkan dengan tujuan menghilangkan kandungan air di dalamnya.
Terdapat tiga tahap proses pengeringan. Pertama adalah penguapan air, kedua menghilangkan air dari pori, dan terakhir menghilangkan air yang terserap pada keramik. Ketiga tahapan tersebut dilakukan lewat metode diangin-anginkan beberapa waktu di ruang terbuka. Semakin lama durasinya, maka hasilnya akan semakin baik.
5. Pembakaran pertama
Perlu diketahui bahwa terdapat dua kali pembakaran dalam pembuatannya dengan suhu dan durasi berbeda-beda. Tujuan dilakukan pembakaran dalam proses pembuatan keramik adalah agar keramik mempunyai tekstur lebih padat dan keras. Dengan begitu, bahan ini dapat segera diaplikasikan untuk berbagai keperluan.
Di tahap ini, bahan yang telah dikeringkan akan dimasukkan ke dalam tungku. Tungu tersebut telah diatur dengan suhu tinggi, yakni di kisaran 1.000 derajat celcius dan dibakar kurang lebih selama 9 jam. Setelah dibakar, bahan diistirahatkan sementara waktu hingga suhu mencapai nol derajat celcius.
Biasanya dibutuhkan waktu dua hari dua malam untuk mendapatkan suhu tersebut. Selain itu, hal tidak kalah pentingnya adalah keramik tidak boleh dikeluarkan karena akan menyebabkan thermal shock dan terjadi kerusakan atau pecah.
6. Menambah dekorasi
Agar terlihat lebih menarik, maka keramik akan ditambahkan beberapa dekorasi di bagian permukaannya. Proses tersebut dapat dilakukan menggunakan ampelas sebagai alat bantu. Setelah diberikan warna dan hiasan, maka tampilan akan menjadi lebih cantik.
Biasanya dekorasi tersebut dibutuhkan untuk pembuatan ubin keramik. Itulah sebabnya Anda kerap menemui keramik dengan berbagai macam desain menarik. Pasalnya, ubin merupakan dekorasi penting dalam sebuah ruangan.
Untuk pembuatan ubin, tidak jarang terdapat proses penghalusan menggunakan cairan glasir. Fungsi dari penggunaan cairan tersebut adalah menjadikan permukaan menjadi lebih indah dan tahan air. Aplikasi cairan glasir pun bermacam-macam, mulai dari dioles, dicelup, dituang, maupun disemprotkan.
7. Pembakaran kedua
Proses terakhir adalah pembakaran tahap kedua. Tujuan dari pembakaran ini adalah supaya produk menjadi tidak mudah retak serta lebih kuat. Dengan kata lain, produk seperti ubin lantai dapat menahan beban berat di atasnya karena proses pembakaran kedua tersebut.
Di fase ini, bahan akan dibakar dengan suhu lebih tinggi dibandingkan tahap pertama, yakni di suhu 1.200 derajat celcius dengan durasi sekitar 10 jam. Setelah proses tersebut, maka keramik sudah siap dikemas dan didistribusikan ke konsumen untuk berbagai keperluan.
Teknik Pembentukan Keramik
Di bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu proses pembuatan keramik adalah tahap pembentukan. Berikut ini adalah beberapa teknik yang kerap digunakan oleh para perajin.
1. Slabbing
Pertama adalah teknik slabbing atau lempengan. Slabbing paling sering dipakai dalam pembuatan keramik tradisional. Pada umumnya, hasil akan cenderung kurang simetris dengan permukaan rata dan berbentuk seperti kubus.
Perajin akan membuat lempengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah itu, saat lempengan berada di ketebalan sama, maka dilakukan pemotongan menggunakan kawat atau pisau sesuai kebutuhan. Selanjutnya, ornamen akan ditambahkan ketika bahan dalam keadaan setengah kering.
2. Coiling
Ada juga yang dinamakan dengan teknik coiling atau teknik pilin. Cara ini merupakan metode paling awal dalam kerajinan ini. Untuk melakukannya dibutuhkan meja putar dan perajin memilin sedikit demi sedikit, sementara meja tersebut akan berputar hingga keramik terbentuk sesuai dengan keinginan.
Salah satu keunggulan dari teknik coiling adalah sangat bagus untuk kerajinan dengan ukuran besar dan tinggi. Agar hasilnya terlihat lebih rapi, satukan pilinan dengan menekan dari atas ke bawah secara perlahan.
3. Pinching
Teknik pinching kerap juga disebut metode pijat jari, yakni membentuk dengan memijat tanah liat menggunakan tangan. Prinsipnya adalah mengambil segumpal tanah liat sesuai kebutuhan, kemudian ditekan menggunakan ibu jari.
Sembari menekannya, jari lainnya akan digunakan untuk menahan bagian luar tanah liat. Dengan begitu, bahan akan menjadi tetap rapi sehingga bentuk tidak akan berubah-ubah. Biasanya teknik ini perlu dilakukan dengan memutar bahan supaya mempunyai kedalaman proporsional.
4. Teknik putar
Terakhir adalah teknik putar, yakni metode paling sering digunakan untuk membuat kerajinan berbentuk bulat atau silindris. Bisa dibilang metode ini adalah paling populer karena bisa menghasilkan bentuk lebih simetris.
Dengan proses pembuatan produk keramik yang cukup panjang, maka dapat dikatakan wajar apabila harga di pasaran cukup tinggi. Meski begitu, jumlah peminatnya tetap banyak karena selain menawarkan ketahanan, konsumen juga membutuhkan untuk keperluan dekoratif.
Sebagai contoh, banyak keramik dipakai sebagai ubin rumah, kantor, atau bangunan lainnya untuk mempercantik interior rumah. Selain itu, tidak sedikit pula perabotan seperti pot bunga dibuat menggunakan bahan tersebut sehingga menambah keindahan ruangan.